Krincing….
Lonceng pintu berbunyi saat seseorang membuka pintu. Aku menoleh, senang melihat dia di sana, melongok sesaat ke sekeliling ruangan sebelum akhirnya tersenyum padaku. Aku memanggilnya dengan lambaian.
“Halo, Cinta. Apa kabarmu hari ini?” Tanya lelaki seksi itu sambil duduk. Tangannya yang usil menyentil pelan daguku. Aku tersenyum menggeleng padanya, mencegahnya menggodaku saat ini karena pelayan yang kupanggil mulai menoleh.
“Seperti inilah akhir bulan...” keluhku, dia hanya menangapi tersenyum enteng. Sementara itu pelayan berhenti di samping kami dan menyorongkan daftar menu
“…tutup buku, neraca saldo, laporan keuangan…”
“Sudahlah!” potongnya sambil melambai bosan, “Bukan hal yang baru kurasa, tapi itu masih tetap membuatmu selalu cantik seperti ini,“ sanjungnya seperti biasa, kerlingan nakalnya juga semakin liar.
Menu enyah sesaat dari pandanganku. Entah mengapa, biarpun aku hapal sifat lelaki ini, aku tidak bisa untuk tidak tergoda padanya. Wajahnya dengan rona kecokelatan karena terbakar matahari, seperti lelehan cokelat yang menggiurkan. Dagunya, yang paling kusukai, seperti belimbing yang renyah. Hidungnya lagi, aduh, kurasa tak akan jadi aku memesan jika selalu menganggumi satu per stau bagian tubuhnya itu.
Aku kembali pada menu, menemukan diriku tiba-tiba haus sesuatu yang sejuk dan manis. Gambar es krim ini rasanya menggiurkan.
“Bagaimana liburanmu, Say? Apa kau merindukanku?” tanyaku sambil mengamati menu.
“Soda diet ya, Mbak!” bukannya menjawab pertanyaanku, dia malah sudah memesan. Taruhan, pelayan cewek disampingku ini pasti berdegup kencang jantungnya saat ini.
“Diet?” cemoohku sambil tertawa pelan dengan cara seanggun mungkin. Hoah, aku selalu menginginkan cara tawa yang seperti putri jepang, walau aku menyadari tawaku malah lebih mirip orang ngantuk, mengingat mataku yang sipit. “Mau kau apakan lagi patahan enam seksimu itu?”
Aku mencoba bergurau, padahal sebenarnya hanya ingin mengalihkan pandang dari pesonanya. Dia, lelaki tampan itu akan selalu menggoda setiap wanita yang ditemuinya.
Tapi sekarang posisinya benar-benar menjengkelkan, bukan menjengkelkan dalam arti harfiah, karena dia selalu manis di mataku. Dia bertopang dagu, posisi maut menurutku, karena jika simetris wajahnya miring, mata wanita yang melihatnya juga ikut miring. Ujung bibirnya naik sebelah, menusuk lesung di pipi kanannya. Gigi gingsulnya sekilas terlihat, syukurnya dia tak punya kumis yang bisa menutupinya.
“Aku selalu merindukanmu, Cinta,” katanya kepadaku. Saat aku mengangkat wajah dengan dahi berkerut, ia memalingkan muka ke arah pelayan. “Uhmm.. seporsi es krim stroberi untuk Nona cantik ini.”
Aku menggeleng, tetap mempertahankan gaya anggunku sambil menaruh menu. “Aku juga mau diet, Say!”
Dia mematahkan argumenku. “Sesekali, melanggar itu hal yang wajar. Lagipula, mau kau apakan lagi gitar spanyolmu itu?” balasnya.
Aku tidak akan dapat menolak tatapan itu, seperti biasa. Aku tersenyum simpul, memasang wajah innocent pada sang pelayan, “Apa boleh buat, Mbak? Si Seksi ini sudah mematahkan dietku dan merangsang nafsu makanku dengan rayuannya,”
Pelayan itu mengangguk. Ia meninggalkan satu lirikan tertarik pada leaki di depanku sebelum pergi dengan dua lembar daftar menu. Reaksi yang wajar!
“Kau belum menjawabku, bagaimana dengan liburanmu?” tanyaku manja sambil memeriksa nail artku. Huhh, menyebalkan! Baru dua hari sudah terkelupas.
“Uhmm.. menakjubkan,“ serunya sambil melonggarkan dasinya. Ia melepas jas kerjanya, “Aku menemukan sepatu cantik berwarna merah, seperti yang kau pakai itu, Cinta,” Jawabnya sambil menendang sepatuku pelan.
Aku balas menginjak kakinya, “Sepatuku bukan untuk ditendang, Say. Tapi untuk dicium.”
Ia menyampirkan jasnya di kursi sebelah, “Sesuatu itu mempunyai banyak sisi jika dilihat secara objektif, sama seperti seorang gadis cantik yang kutemui di Bali,” matanya berkilat-kilat saat menceritakan hal yang terakhir, membuatku cemberut.
Dia mengelus daguku mesra. “Ayolah Cinta, jangan cemburu begitu! Tak ada yang melebihi kecantikanmu sekarang, terlebih membayangkanmu tertelungkup di pasir pantai, dengan bikini yang terlepas di punggung, badan sedikit terangkat…” hayalannya semakin liar, aku bahkan sempat melihat jakunnya naik turun, “Ohhh.. kurasa aku bisa membayangkan gadis itu adalah dirimu, Cinta.”
Aku menimpuknya dengan sehelai tisu, jujur aku tak rela dia membayangkanku dengan pose seronok begitu. Aku tak suka, bukan tak suka tapi tak mau. Karena hayalan itu, hanya milikku pribadi.
“Sabar!” serunya sambil pura-pura cemberut, ia mengamati wajahku lekat. “Itu cuma selingan, seorang pria dewasa itu wajar jika punya selingan. Asalkan…”
“Asalkan apa?” tantangku.
Dia menarik sesuatu dari saku celananya dan meletakannya di atas meja. Sebuah kotak mungil berwarna cokelat mengkilat. Dengan sebelah tangan ia membuka kotak itu, sebuah cincin platina indah bermata hijau mempesona mataku.
Pelayan datang disaat yang kurang tepat menurutku, tapi tak mengapa. Aku tersenyum melihat es krim stroberi yang ditaruhnya pelan-pelan ke hadapanku. Masih setengah berkonsetrasi pada nampan, pelayan itu juga melirik iri pada cincin indah yang berdampingan dengan pas bunga kecil cantik di tengah-tengah meja.
“Ada tambahan lagi?” tanya pelayan itu, setengah mati aku berusaha menahan rasa geli karena melihatnya terus melirik cincin di meja.
Aku menggeleng, pelayan itu kemudian pergi. Dia, si seksi tertawa geli. Dia memperhatikan mataku yang kelaparan oleh dua hal, oleh es krim serta cincin dengan kotak beludrunya itu.
“Lalu, mana yang harus duluan? Itu?” dia menunjuk es krimnya, “atau….” Dia lalu menyentuh kotaknya, menimang dengan wajah serius.
“Tapi sepertinya ini bisa menunggu,” godanya sambil mengelus permukaan cincin.
Aku terpancing dan dengan cepat menggeser water goblet. “Es krim bisa menunggu.”
Ia tersenyum puas, terus saja menimang-nimang kotak itu di meja.
“Asalkan cincin ini diterima di jari manis yang lentik, selingan itu hanya sekedar selingan,” katanya, melanjutkan perkataan yang terputus barusan.
Aku tersenyum geli. Lelaki satu ini memang paling manis kata-katanya. Segala hal yang buruk di lelaki lain, bisa jadi sesuatu yang memabukan jika keluar dari mulutnya.
“Indahkah? Kamu suka?” tanyanya dengan mata berkilat.
Aku menahan nafas. Sebagai makhluk maniak perhiasan, bukan sekali ini aku tergoda. Tanganku mengambang di udara, terpisah beberapa centi dari permukaan mata hijau cincin. Ragu-ragu, tapi tahu tanganku tak akan bisa dikontrol. Si seksi masih tetap menggoda dengan senyum, seakan mengadu aku dengan nafsuku sendiri.
“Kau menyukainya?”
Aku tak tahan. Ujung jemariku sudah menyentuhnya, mungkin sedikit dramatisir jika aku berkata bahwa permukaannya licin sekali, mulus seperti permukaan kulitnya.
“Bagus sekali! Hanya gadis buta yang akan mengatakan cincin ini sebagai bayangan gelap. Aku... aku menyukainya….”
Dia tersenyum puas, “Sekarang lihatlah di balik kotak itu!” suruhnya. “Pelan-pelan, kotaknya terbuat dari cahaya bulan jadi sedikit rapuh,” godanya ketika aku menggenggam kotaknya.
“Tutup dulu kotaknya, baru kamu balik, Cintaku!” tuntunnya lagi, membuat aku merasa seperti anak kecil nakal yang bisa memecahkan apapun yang kusentuh, dan aku membaliknya.
WILL U MARRY ME
Tulisan itu terukir indah, bertinta biru di atas sehelai kertas biru muda. Aku benar-benar terpesona, terharu dan bahagia sampai tidak bisa berkata-kata.
“Jika kau menyukainya, kurasa Jelita juga menyukainya. Kalian mempunyai selera yang sama,” katanya sambil kembali menarik jas. “Jadi.. kau saja yang memberikannya ke dia!”
Aku melepas sedikit rasa haru dan mengernyit walaupun aku tahu kalau seharusnya aku tidak kaget karena memang selalu seperti ini.
“Aku? Kenapa selalu aku? Kau bisa memberikannya sendiri, kan?!”
Ia mengedikkan kepalanya pelan, “Aku terlalu biasa memberikannya lewat kurir,” kelakarnya sambil menaruh selembar seratus ribuan di atas meja. “Cinta, aku terlalu sibuk untuk menemanimu menghabiskan seporsi es krim stroberi, maaf.”
Aku melambaikan tangan enteng, “Sudah biasa seperti itu!”
Dia mengangguk, meninggalkan sebuah sebuah senyum yang mendebarkan sebelum berbalik dan pergi. Aku mengangkat tangan ke arahnya dan memanggilnya, “Saiful.. ingat ya, Jelita memang sahabatku, dan aku mak comblang yang hebat. Tapi kau lupa satu hal, mak comblang juga manusia penyuka perhiasan,”
Dia menoleh, “Soal itu gampang! Aku punya banyak stok untukmu, jika dia sudah menerimaku secara full time!” ujarnya sambil berlalu, membuatku menggeleng geli.
Krincingg…
Lonceng kembali berbunyi saat dia membuka pintu dan menghilang di baliknya. Aku tak melihatnya lagi, mataku terlanjur terpesona dengan cincin ini. Aku tergoda untuk mencobanya melihat di jemariku, tapi sebuah getaran terasa dari tasku. Ternyata handponeku.
“Jelita sayang…” sapaku.
“Cin, apa tulisan di cincinnya?” Jelita langsung bertanya dengan semangat, “Dibawah kotaknya!”
Yeah.. si seksi itu memang penuh kejutan. Moment-moment begini dengan enteng diserahkannya padaku, seseseorang yang dianggapnya kurir. Aku tak heran bagaimana Jelita bisa menebak, lelaki itu menjentikkan tangannya di luar sana, aku melihatnya memasukkan ponsel ke saku kemejanya lewat dinding kaca.
“Cinta…” panggil Jelita keras,
“Iya ya.. dia melamarmu! Will U marry Me, begitu tulisannya.”
Jelita memekik keras, dan aku tak perlu repot-repot menanyakan apakah ia bahagia atau tidak. Semuanya sudah cukup jelas, dan seporsi es krim stroberi ini juga sangat jelas, sama menggodanya daripada barang yang bukan hakku.
“Sebentar lagi akan ada pesta, nih…” aku terkikik, menggeser water goblet ke hadapanku, tak peduli apa Jelita mencak-mencak karena telponnya dimatikan secara tiba-tiba, “Tapi ini juga sebuah pesta yang menyenangkan.”
Aku menyendoknya, krim diatas stroberi itu, memasukannya ke mulut dan hoh… rasanya lebih enak daripada menelan secincin platina. Aku terkikik geli, lagi.
About Me
- Freya
- Movie-goer, anime maniac, manga lover, K-Music+J'Music's fan, Asia Movier.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Mociiiiiiiiiiiiiii.............awawwwwww......ini cerpen lama ya? Huhuhu bagus euy bagus. Sudahlah, aku kehabisan kata2-kata. [s]padahal pengen bilang kalau moci kayaknya napsu banget ma tu cowok, udah gituh tu cowok ternyata oh ternyata...[/s]
ReplyDeleteAh, pokoknya emosinya kerasa dah di gw. Moci emang yahud
would u mary me? maskawinnya segelas es krim rasa stroberi, mau???? i do -lah
ReplyDeletewah jadi kepengen.. minta donk! :))
ReplyDeletewah,, dikirain cewe itu yg mau dilamar,,eh.. ga taunya...
ReplyDeletekeren neh mbak :)
kok belom ada yang baru???? cerita di blog gue akan berlanjut loh, heheheheheheheheee
ReplyDeletemmm, seru kisahnya, knapa gag di bukukan aza, sukses iah.
ReplyDeleteKontes SEO Aristia Wida Rukmi | Kontes SEO Aristia Wida Rukmi | Rusli Zainal Sang Visioner | Rusli Zainal Sang Visioner
waaww kereennn.... kenaa banget ceritanya..
ReplyDeletebagus banget...
kunjungan
ReplyDeletehohoh nice cerpen :) salam kenal ya
ReplyDeletetambah yg seru seru ya, mbak juga suka baca cerpen
ReplyDeletesaya mau es krim aja boleh yaa...
ReplyDeleteJudul yang dipilih begitu maniss...
ReplyDeleteIsi cerita pun tak kalah gurih dengan bumbu2 pilihan kata yang cermat dan bermakna... very NAIS dah... salam kenal...
nice articel kawan...simple tapi menyentuh, strawbery ..hmmmmm....mantabs...!!
ReplyDeleteada Quiz dari aye tuh...
ReplyDeletesapa yang mau ikut, ayo segera dateng ke blog aye..
prizenya keren...
cepetan
http://martriogandhi.blogspot.com/2009/06/tebakan-maut.html
Wew..
ReplyDeleteLaki2 seksi menurut cc gimana seh..
Hehehe..
Bwt referensi..
Sapa tau isa paste..
Hahaha..
Met knal ya ce.. ;)
mampir dulu ajah ya...
ReplyDeletewah..wah... kirain....... ternyata.... sip dah benar-benar gaya tulisan yang mengejutkan..
ReplyDeletemanteb juga nih cerpen nya ..
ReplyDeletehehehe ..
bisa buat tugas bahasa ,..
hehehe ...
:D :D :D
Mantab
ReplyDeleteapalagi pembaca dapat ice cream gratis tis tis
wah aku kira cewe itu yang dilamar....tak tau nya
ReplyDeletecerita yang manteb dah pokoknya
ReplyDeleteheeeeeeeeeeemmm..... nice cerpen nieh...
ReplyDeletesalam kenal, kunjungan baliknya yak
makasih sebelumnya
Keren abiz ceritanya.. Sampai pada kalimat WILL U MARRY ME ternyata aku sudah tertipu nih sama jalan ceritanya. Kalo ga baca sampe abis, ibarat orang buta yang cuma megang gajah tapi buntutnya doang.
ReplyDeleteAssalamualaikum, romantisnya cerpennya, hiks T_T :P
ReplyDelete